Senin, 26 Juli 2010

Dayyuts; profil seorang bapak dan suami yang buruk

Adalah ideal seorang suami yang membimbing istrinya, atau seorang bapak yang memimpin keluarganya sesuai dengan koridor Islam yang telah ditetapkan. Namun coba kita lihat sekitar. Berapa banyak keluarga dengan suami yang sibuk 24 jam, istri yang hanya berkutat seputar mall, salon, dan arisan, serta anak-anak yang keluar rumah pamit sekolah, baru pulang menjelang tengah malam. Dikiranya dengan menyediakan fasilitas lengkap dan jaminan harta, sang kepala keluarga telah mencurahkan perhatian dan kasih sayangnya. Namun kenyataannya, biduk yang ia nahkodai justru bocor di sana-sini. Dan bukan tidak mungkin jika suatu hari ia akan karam.

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (Q.S. Ali Imran: 14)

“Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagim maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka…” (Q.S. At Taghobun: 14)

Syaikh Abdurrahman as-Sa’di rahimahullahu dalam menafsirkan ayat 14 surah Ali Imran berkata, “…Karena jiwa manusia memiliki fitrah untuk cinta kepada istri dan anak-anak, amka Allah Ta’ala memperingatkan hamba-hambaNya agar jangan kecintaan ini menjadikan mereka menuruti semua keinginan istri dan anak-anak mereka dalam hal-hal yang dialrang dalam syariat. Dan Dia memotivasi para hambaNya untuk selalu melaksanakan perintah-perintahNya dan mendahulukan keridhaanNya…”

Sedangkan maksud dari ‘menjadi musuh bagimu’ ialah kadang-kadang isteri atau anak dapat melalaikan dari melakukan amal shalih dan menjerumuskan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak dibenarkan agama.

Lalu, siapakah dayyuts itu? Sebuah riwayat dari Ibnu Umar radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallalllahu’alaihi wa sallam bersabda, “Ada tiga golongan manusia yang Allah telah mengharamkan surga bagi mereka: pecandu khamer, orang yang durhaka kepada orang taunya, dan ad-Dayyuts, ialah seorang yang membiarkan terjadinya perbuatan maksiat dalam keluarganya.” (HR. Ahmad, disahihkan oleh al-Albani dalam Shahihul Jami’).

Ancaman keras dalma hadits ini menunjukkan bahwa perbuatan ini termasuk dosa besar. Karena termasuk ciri dosa besar adalah perbuatan itu diancam akan mendapat balasan di akhirat nanti, baik berupa siksaan, kemurkaan Allah, atau ancaman keras lainnya. Selain ancaman keras, dayyuts juga dapat meniadakan agama bagi pelakunya, atau minimal melemahkannya. Dengan membiarkan anggota keluarganya berbuat maksiat kepada Allah, berarti ia membolehkan dan menganggap baik perbuatan zhalim tersebut. Di sinilah letak bahayanya. Tidak hanya itu, kepala keluarga yang demikian tentu juga akan membawa keburukan bagi istri dan anak-anaknya. Dengan membiarkan atau menuruti keinginan mereka dalam hal-hal yang bertentangan dengan syariat, berarti menjerumuskan mereka ke dalam jurang kehancuran.

Cinta dan kasih saying sejati seorang suami atau bapak terhadap istri dan anak-anaknya tidak hanya diwujudkan dengan mencukupi kebutuhan duniawi dan fasilitas hidup mereka. Akan tetapi yang lebih penting dari semua itu adalah pemenuhan kebutuhan rohani mereka terhadap bimbingan agama yang bersumber dari petunjuk Al Qur’an dan sunnah Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.

Allahu Ta’ala a’lam bishshawab.

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu…” (Q.S. At Tahrim: 6)

(Diringkas dengan penambahan dari majalah al-Mawaddah edisi 9 tahun ke-2, Rabi’ul akhir 1430 H, artikel dengan judul yang sama)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar